Aduh, Saya Sakit Mata!

Waduh, saya harus minta maaf ini. Sudah beberapa minggu saya tidak meng-update blog ini. Yah, mohon dimaklumi. Banyak hal yang terjadi. Mulai dari SNMPTN, latihan fisik untuk pendakian, sampai sakit berturut-turut. Mulai dari meriang dan susah BAB (wah, saya malu nih), sampai yang terakhir sakit mata, sehingga saya tidak bisa berlama-lama di depan komputer.

Yah, untuk semuanya, saya didoakan saja ya, biar bisa cepat sembuh dan bisa kembali beraktivitas. Supaya bisa ngeblog lagi. Untuk sementara, silahkan berkunjung dulu ke sini: . Itu postingan saya untuk kontes menulis yang diadakan Mbak Trie untuk meramaikan ulang tahunnya. Temanya tentang suka duka menjadi blogger newbie. Mungkin sementara ini saya akan lebih sering menjawab komentar di situ. Jangan lupa mampir dan tinggalkan komentar ya!(*)

Aduh, Saya Sakit Mata!

The Password

Dalam Latihan Dasar Kepemimpinan dan Manajemen Siswa Lima (LDKMS V) 2008 yang saya ikuti, ada kegiatan jelajah hutan yang diadakan dua kali, siang dan malam. Dalam perjalanan, ada beberapa pos yang memiliki nama dan kegiatan tersendiri. Untuk bisa mengikuti kegiatan di pos tersebut, peserta harus bisa menyebutkan password yang dibacakan di pos sebelumnya.

Sebenarnya, adanya password tersebut dimaksudkan agar peserta bisa fokus selama perjalanan. Caranya, ya menghapalkan password itu supaya pikiran tidak kosong. Meskipun tujuannya demikian, password tersebut tidak dibuat asal-asalan. Bentuknya berupa kalimat panjang yang bermakna.

Berikut saya bagikan password tersebut. Sayang saya sudah agak lupa dengan beberapa nama posnya.

Lanjutkan membaca “The Password”

The Password

Israel VS Bocah Situbondo

Tadi siang saya menonton tayangan berita di tvOne. Dalam tayangan tersebut ditampilkan sekelompok anak-anak TK di Situbondo yang menggelar istighosah atau doa bersama yang ditujukan bagi warga Palestina. Hal ini tidak lepas dari ulah Israel beberapa waktu lalu. Israel menyerang kapal Mavi Marmara, kapal yang mengangkut relawan serta bantuan bagi rakyat Palestina.

Awalnya, aksi istighosah ini cukup menarik perhatian saya. Saya salut terhadap pemrakarsa acara tersebut, yang mengajarkan anak-anak untuk peduli terhadap saudara mereka yang sedang terkena musibah. Namun, simpati saya hilang di akhir acara, ketika tayangan tersebut memperlihatkan anak-anak membakar dan menginjak-injak bendera Israel.

Eits, jangan salah sangka dulu. Saya tidak melarang orang membakar atau menginjak-injak bendera kaum Zionis yang memang kejam dan tidak berperikemanusiaan tersebut. Saya hanya merasa kurang sreg bila hal itu dilakukan oleh sekelompok anak kecil. Saya rasa, tidak mungkin aksi bakar-bakar tersebut merupakan ide anak-anak tersebut. Pastinya itu ide dari orang yang lebih dewasa. Menurut saya, belum sepantasnya kita mengajarkan hal yang demikian itu terhadap anak-anak. Masa anak-anak diajari demo ala mahasiswa? Kalau orang dewasa yang berdemo sih, membakar, menginjak, atau merobek bendera Israel tak akan jadi masalah bagi saya, toh, Israel memang biadab. Tapi, kalau anak-anak, ya sepantasnya sajalah.

Bagi saya, istighosah di awal tadi sudah cukup bagus tanpa harus diakhiri dengan aksi bakar-bakar. Sebagai penutupnya kan bisa diisi acara lain. Katakanlah, membaca puisi atau mengumpulkan sumbangan buku, pakaian, atau apapun untuk diberikan ke teman-teman mereka anak-anak Palestina. Saya rasa yang demikian itu lebih bijak.

Postingan lain saya tentang anak-anak, Nyanyian Bocah Masa Kini, bisa dibaca di sini. (*)

Israel VS Bocah Situbondo

Kabur Dari Kehidupan Perkotaan

Akhir minggu lalu mungkin cukup menyenangkan bagi sebagian orang. Bagaimana tidak, lha wong akhir minggu lalu termasuk long weekend. Kebetulan hari Jumat lalu bertepatan dengan Hari Raya Waisak dan ditetapkan  sebagai hari libur nasional. Maka, tidak heran kalau momen tersebut dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk berlibur atau kegiatan  menyenangkan yang lain.

Saya pun punya kegiatan tersendiri. Ya, sesuai judul, saya kabur dari kehidupan perkotaan. Saya pergi ke Bojonegoro, mengunjungi saudara saya yang habis melahirkan. Sebenarnya, melahirkannya minggu sebelumnya sih, tapi baru sempat mengunjunginya kemarin ini. Ya sudah, daripada tidak sama sekali kan?

Lanjutkan membaca “Kabur Dari Kehidupan Perkotaan”

Kabur Dari Kehidupan Perkotaan

Head Fake, Melihat Yang Tak Terlihat

“You’re doing it all wrong, Pausch. Go back! Do it again!”

(Kau salah melakukannya, Pausch. Kembali! Lakukan lagi!)

“You owe me, Pausch! You’re doing push-ups after practice.”

(Kau berhutang padaku, Pausch! Lakukan push-up setelah latihan.)

Itulah salah satu contoh head fake yang saya alami.  Saya yakin Anda pun pernah mempunyai paling tidak satu pengalaman yang sama. Jadi, mulai sekarang, jangan pernah tutup mata Anda. Lihatlah yang tak terlihat dan jadilah bijaksana!(*)

Begitulah cara Jim Graham melatih Randy Pausch kecil bermain football. Keras memang. Tapi pelajaran berarti justru didapatkan Randy seusai sesi latihan, saat seorang asisten pelatih mendatanginya dan mengajaknya mengobrol.

Si asisten pelatih itu berkata, “When you’re screwing up and nobody says anything to you anymore, that means they’ve given up on you.” Artinya, ketika kau berbuat kesalahan dan tidak ada yang mengatakan apapun kepadamu, berarti mereka sudah menyerah dalam menanganimu.

Lanjutkan membaca “Head Fake, Melihat Yang Tak Terlihat”

Head Fake, Melihat Yang Tak Terlihat